HANCURKAN BERHALAMU AGAR KETEMU TUHAN-MU
HANCURKAN BERHALAMU AGAR KETEMU TUHAN-MU
Suatu ketika sambil menunggu adzan Magrib, Kiyai bertanya kepada muridnya, “ Sudah berpa kali kalian berpuasa romadhan...?”
“ Sudah 20 kali romadhan", " kalau saya sudah 25 kali Romadhan", "30 kali puasa romadhan", " 23 puasa romadhan.” Jawab para santri saling bersautan .
“ Lalu apa yang kalian dapat...?” Tanya Kiyai.
Para santrinya tidak bisa menjawab, mereka saling pandang, lalu menundukkan kepalanya serentak menjawab, “ Mendapatkan lebaran Idul Fitri.....”
Selanjutnya Kiyai tersebut menjelaskan, “Kalian puasa selama Romadhan setiap tahun sekali dan berkali-kali merasakan puasa romadhan, tetapi justru berhala anda semakin besar, bukannya dirobohkan dan dihancurkan tetapi malah dibangun semakin kokoh dan bagus.”
“ Guru...! berhala apakah yang ada dalam diri kami.” Tanya salah satu murid santri.
Kiyai menjawab, “ Kalian setiap puasa romadhan menganggap diri kalian paling suci, paling benar, paling Islami. Orang-orang yang tidak puasa kamu caci maki, warung buka kamu tutup secara intimidasi. Orang lain kamu paksa untuk menghormati orang puasa, bukankah itu perbuatan preman, yang bersumber dari hawa nafsu.
Kamu berteriak menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar (mengajak kebaikan, menjauhi kemungkaran) tetapi caramu sendiri adalah mungkar. Bagaimana mungkin kebaikan akan tegak, jika kalian sendiri adalah para penyembah hawa nafsu.
Selama kalian puasa hanya mencegah makan, minum dari subuh sampai magrib tanpa melatih dengan cara membersihkan jiwa dari dari sifat-sifat tercela dan menghiasi jiwa dengan sifat-sifat yang mulia, maka puasa kalian hanya puasa dohir, tidak punya pengaruh dan bekas yang kuat dalam jiwa.
Apa bedanya puasa kalian dengan diet orang-orang yang ingin kurus tubuhnya, mereka menjauhi makanan agar tubuhnya kurus dan bukan untuk membenahi jiwa dari sifat tercela.”
“ Guru....! mohon jelaskan kepada kami, bagaimana cara mengalahkan hawa nafsu dengan puasa, agar puasa kami tidak sia-sia.” Ujar para santri.
Sang Guru-pun menjawab, “ Selama puasa siang dan malam, kalian harus berusaha mengalahkan sifat-sifat tercela antara lain; marah, mencaci maki orang lain, merasa paling benar sendiri, suka pamer ke orang lain, merasa paling suci, menghina orang lain, menjaga mata, mulut, telinga, kedua tangan dan kedua kaki dari perbuatan dosa dan tercela.
Di samping itu selama puasa siang dan malam, banyak melakukan ibadah misalnya; banyak berdzikir, sholat taraweh, sholat tahajud, tadarus Qur’an, memperdalam agama. Mengeluarkan sodaqoh dan memberi makan (buka) kepada orang yang tidak mampu,. Itulah bentuk-bentuk ibadah pengembangan sifat welas asih kepada orang lain. Agar kesombongan dan ego diri menjadi hilang.
Dengan melakukan Takholli (membersihkan jiwa dari sifat tercela) dan Tahalli ( mengisi jiwa dengan sifat-sifat yang mulia) maka berhalamu yaitu Hawa Nafsu akan hancur dan roboh. Dengan begitu kalian bisa benar-benar menyembah kepada Allah.”
“ Berarti selama ini kami menyembah hawa nafsu kami, astaghfirullah.....” Jawab santri dengan suara kor berjamaah.
Sang Guru menjawab, “ Wahai anak-anakku Hijab/penghalang kita dengan Allah adalah hawa nafsu kita. jika setiap hari kita selalu mengikuti dan tunduk dengan ajakan dan rayuan nya, maka sama halnya kita menyembah Hawa Nafsu itulah berhala setiap manusia yang disimpan dalam jiwanya. Allah Ta’ala berfirman,
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahannya... ” (QS. Al-Jatsiyah: 23)
Selama ini kita menghina pemeluk agama lain penyembah berhala, penyembah patung, ternyata diri kita adalah penyembah berhala juga yaitu hawa nafsu. Itupun kita dengan sombongnya ketika sholat berdoa, “sesungguhnya Sholatku, hidupku, matiku untuk Allah.” Ternyata semua itu adalah hanya kepura-puraan saja, Mbelgedes.
Jika puasa kalian adalah lahir dan bathin secara benar, maka hawa nafsu akan tunduk, maka berhalamu akan hancur. Sehingga kalian benar-benar bisa menyembah Allah. Itulah Lailatul Qodar, itulah malam pencerahan, itulah yang dinamakan Mi’roj. Merekalah yang berhak merayakan idul fitri.”
“ Terimakasih Guru, atas wejangannya, semoga puasa saat ini kami bisa melaksanakan apa yang guru ajarkan.” Jawab para santri
Dari Abu Barzah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Sungguh yang sangat aku takutkan dari kalian adalah syahwat keji dari perut, dan kemaluan kalian, serta hawa nafsu yang menyesatkan." (Hr. Imam Ahmad)
Cahaya gusti fb
Membaca dulu ah sambil lihat di yutube
BalasHapus